Penutupan Program Pengabdian Mahasiswa KPI, Ngaji Bersama Warga

Penutupan Program Pengabdian Mahasiswa KPI, Ngaji Bersama Warga

Mbah Bolong, penceramah kondang dari Watugaluh Jombang mengisi mauidah hasanah dalam penutupan SPPM Mahasiswa KPI di Desa Cupak Jombang. (foto: hmp)

Penutupan Program Studi Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (SPPM) mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) di Desa Cupak berlangsung meriah dengan diadakannya pengajian akbar yang dihadiri oleh ratusan warga setempat, dosen, organisasi mahasiswa, serta mahasiswa tingkat atas, terutama dari Prodi KPI. Acara ini juga menjadi momen yang sangat berarti untuk memperkuat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat desa setelah 21 hari menjalankan berbagai program pengabdian.

Acara penutupan ini dilaksanakan pada Jumat (3/1/2025) pukul 19.15 WIB bertempat di Balai Desa Cupak. Perayaan dibuka dengan penampilan banjari dan tari kontemporer yang dipersembahkan oleh anak-anak desa dan mahasiswa. Tepuk tangan yang meriah dari penonton menunjukkan apresiasi terhadap upaya mahasiswa dalam melestarikan budaya Islam dan tradisi Nusantara.

Selanjutnya, Kepala Desa Cupak, Bapak Winarsono, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan penghargaan atas kontribusi program SPPM yang telah memberikan dampak positif bagi kehidupan warga setempat.

“Mahasiswa yang terlibat dalam pengabdian ini tidak hanya datang sebagai tamu, melainkan telah menjadi bagian dari keluarga besar kami. Program yang mereka jalankan sangat bermanfaat dan memberikan dampak positif yang terasa langsung oleh masyarakat Desa Cupak,” kata beliau.

Baca Juga: Mahasiswa KPI Unhasy bersama LSPT Beri Pengobatan Gratis

Ketua Pelaksana SPPM, Ayatullah Masduki, menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan dan kerja sama masyarakat selama mereka tinggal di desa tersebut. “Sesuai dengan tema kami tahun ini yakni Khoirunnas Anfa’uhum Linnas, dengan ini Kami belajar banyak dari warga Desa Cupak, terutama tentang pengabdian masyarakat secara nyata, arti kebersamaan, kekeluargaan, dan keikhlasan dalam membantu sesama,” katanya dengan haru. 

Selain itu, Bapak Suhari, selaku Dosen KPI memberikan sambutan, beliau menyampaikan terima kasih karena sudah menerima dan menjalin hubungan baik dengan pihak kampus khususnya mahasiswa Prodi KPI selama bertahun-tahun.

Setelah sambutan, dilanjutkan dengan Penyerahan plakat penghargaan dan kenang-kenangan dari mahasiswa kepada perangkat desa, sebagai simbol penghormatan atas sambutan hangat yang telah diberikan.

Puncak acara ditandai dengan pengajian oleh Mbah Bolong panggilan akrab KH. Nur Hadi. Dalam ceramahnya, Mbah Bolong menjelaskan bagaimana cara kita agar senantiasa mendapatkan syafa’at dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dengan cara penyampaian yang unik, masyarakat desa merasa terhibur dengan kehadiran Mbah Bolong dan tentunya mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus pembacaan do’a menjadi penutup dari acara ini.

Pengajian dan penutupan SPPM ini tidak hanya menjadi momen perpisahan, tetapi juga sebuah awal baru untuk mewujudkan harapan masyarakat melalui program-program yang telah dirintis. Kehadiran mahasiswa SPPM membawa pesan bahwa perubahan besar terutama bagi masyarakat desa Cupak.

Pewarta: Bakhit

 

Mahasiswa KPI Unhasy bersama LSPT Beri Pengobatan Gratis

Mahasiswa KPI Unhasy bersama LSPT Beri Pengobatan Gratis

Mahasiswa KPI bersama pihak LSPT dan aparat desa Cupak foto bersama saat selenggarakan pengobatan gratis untuk warga. (foto: kpiunhasy)

Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) bekerja sama dengan Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) menggelar pengobatan gratis untuk masyarakat di Desa Cupak, Jombang. Kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis (26/12/2024) ini bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan kepada warga kurang mampu sekaligus mempererat hubungan antara mahasiswa, LSPT, dan masyarakat sekitar.

Sejak beberapa tahun terakhir, panitia SPPM selalu berkolaborasi dengan LSPT dalam pelaksanaan program ini, yang menjadi salah satu program unggulan dalam kegiatan Studi Pengembangan Pengabdian Masyarakat (SPPM) di Desa Cupak.

Acara pengobatan gratis ini diselenggarakan di Balai Desa Cupak dan melibatkan tenaga medis profesional, seperti dokter, perawat, dan apoteker. Mahasiswa prodi KPI juga turut berpartisipasi aktif sebagai relawan, membantu kelancaran kegiatan dari pendaftaran hingga pendampingan pasien.

Baca Juga: Mahasiswa KPI Unhasy Gelar Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Cupak Jombang

Ketua SPPM, Ayatullah Masduqi, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan salah satu tujuan utama program SPPM, agar mahasiswa lebih dekat dengan masyarakat.

“Kami ingin menjadikan program ini sebagai sarana untuk membantu masyarakat mendapatkan layanan kesehatan sekaligus mengedukasi pentingnya menjaga kesehatan,” ujarnya. 

Sementara itu, Manager Program LSPT, Muhammad Rusdi menyambut baik kolaborasi ini. “Kami percaya bahwa kolaborasi antara LSPT dengan Panitia SPPM seperti ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, dan mendapatkan keberkahan bagi kita semua khususnya di bidang kesehatan,” jelasnya. 

Warga sangat antusias dengan kegiatan ini. Salah satu warga, Bu Lis, mengaku sangat terbantu dengan pengobatan gratis ini. “Saya merasa senang bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan tanpa biaya. Semoga kegiatan seperti ini terus dilaksanakan,” ucapnya dengan penuh syukur. 

Adanya respons positif yang luar biasa dari masyarakat, pengobatan gratis ini adalah salah satu dari sekian banyak program sosial yang dilakukan oleh  panitia SPPM prodi KPI Unhasy. Langkah ini diharapkan dapat terus mempererat hubungan mahasiswa dengan masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup mereka, terutama di bidang kesehatan.

Pewarta: Bakhit

Mahasiswa KPI Unhasy Gelar Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Cupak Jombang

Mahasiswa KPI Unhasy Gelar Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Cupak Jombang

Mahasiswa KPI Unhasy bersama perangkat Desa Cupak, foto bersama usai pembukaan acara SPPM. (foto: kpiunhasy)

Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) kembali menggelar kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Cupak, Jombang. Kegiatan ini merupakan program tahunan yang diikuti oleh mahasiswa semester 1 dan 3 sebagai bagian dari studi pengembangan pengabdian masyarakat (SPPM). Selain untuk menyebarkan dakwah, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam berinteraksi dan berkontribusi langsung dengan masyarakat.

Acara yang berlangsung selama 20 hari, mulai 15 Desember 2024 hingga 4 Januari 2025, diawali dengan pembukaan pada Ahad (15/12) malam di balai desa Cupak. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa peserta SPPM, mahasiswa dari semester 5 dan 7, alumni, perwakilan DPM Unhasy, perangkat desa, serta tokoh masyarakat setempat.

Ketua Panitia, Ayatullah Masduqi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan SPPM bertujuan memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di kampus ke dalam kehidupan masyarakat. Dengan tema “Khoirunnas Anfa’uhum Linnas”, yang berarti “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” Ayatullah berharap mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif, baik melalui program yang telah direncanakan maupun interaksi sosial dengan masyarakat desa.

Pada kesempatan itu Ketua DPM terpilih, Ahmad Zaid mengungkapkan, “SPPM ini merupakan sebuah program unggulan bagi prodi KPI, sehingga para mahasiswa KPI selalu kompak, solid, dan siap untuk menghadapi KKN serta pengabdian di masyarakat.”

Selain pihak mahasiswa, perangkat desa yang diwakili langsung oleh Kepala Desa Cupak, Winarsono memberikan sambutan hangat dan menyampaikan harapannya kepada para mahasiswa SPPM.

“Kami menyambut baik kehadiran mahasiswa KPI. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat, baik bagi masyarakat desa maupun para mahasiswa sebagai bekal mereka di masa depan,” ucapnya.

Kegiatan pembukaan diakhiri dengan peresmian secara simbolis kegiatan SPPM oleh Ketua Panitia dan Kepala Desa. Atas hal itu, sebanyak 50 mahasiswa akan menjalankan program kerja di desa ini selama 21 hari, dengan fokus pada khoirunnas anfa’uhum linnas yakni bermanfaat bagi orang lain terutama bagi masyarakat Desa Cupak.

Pewarta: Bakhit

Seminar Nasional Public Speaking KPI Unhasy: Membangun Mahasiswa Jadi Public Speaker yang Handal

Seminar Nasional Public Speaking KPI Unhasy: Membangun Mahasiswa Jadi Public Speaker yang Handal

Mahasiswa KPI foto bersama narasumber seminar, Gus Ivan dan Bu Rara dalam acara Hello Communication 2024.

Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) menggelar Seminar Nasional Public Speaking di Aula Rapat Dosen Unhasy pada Kamis (26/9/2024), yang diisi oleh Munawara, M.I.Kom, Redaktur Media Pesantren Tebuireng. Acara ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan berbicara di depan umum yang baik dan efektif.

Pada kesempatan tersebut, Dosen Teori Komunikasi yang akrab disapa Bu Rara itu membagikan berbagai tips dan teknik menjadi public speaker yang sukses. Ia menekankan bahwa hal yang paling penting sebelum memulai persiapan adalah membangun rasa percaya diri.

“Ada beberapa langkah untuk menjadi public speaker yang baik, seperti persiapan, praktik, dan tampil. Namun, yang paling mendasar adalah mempersiapkan mental, salah satunya dengan mempercayai diri sendiri,” ujar Bu Rara kepada mahasiswa baru KPI Unhasy.

Bu Rara juga menambahkan pentingnya memahami audiens. “Sebagai pembicara, kita harus tahu siapa audiens kita, bagaimana kondisi forum, dan hal-hal lainnya yang membantu kita memahami target dan sasaran pembicaraan,” ujarnya. Ia pun mengutip sebuah kutipan dari Ongky Hojanto: “Kesuksesan muncul dari pertemuan antara peluang yang tercipta atau diciptakan dan kesiapan untuk memanfaatkannya.” Pesan ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa untuk memanfaatkan peluang pembelajaran dan dakwah, baik dalam forum kecil maupun besar.

Baca Juga: Seminar Nasional KPI: Ajak Mahasiswa Mahir Bermedia

Selain itu, Bu Rara juga mengingatkan mahasiswa untuk menjaga vokal, visual, dan volume suara saat berbicara di depan audiens. Ia menekankan pentingnya menghindari dua hambatan utama bagi public speaker, yaitu kurang percaya diri dan meremehkan audiens. “Hindari mengerdilkan orang lain atau audiens kita, karena itu bisa merusak forum,” katanya.

Dalam sesi tanya jawab, seorang mahasiswa baru, Rosyid, bertanya bagaimana cara menghadapi audiens yang terlihat mengejek saat bertanya kepada pemateri. Menanggapi hal tersebut, Bu Rara memberikan tips untuk tetap tenang dan profesional. “Siapkan mental, tetap jawab dan tanggapi dengan baik. Jangan biarkan prasangka buruk mengganggu fokus kita, karena itu bisa merusak suasana forum,” ujarnya.

Acara seminar ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk praktik berbicara di depan umum dengan berbagai tema, yang disambut antusias oleh peserta. Selain seminar, KPI juga mengadakan lomba karya antar mahasiswa, sarasehan, dan outbond di Trenggalek pada 27 September 2024. Kegiatan ini diisi dengan berbagai permainan dan forum keakraban antar mahasiswa dari berbagai tingkat.

Seminar nasional ini turut diisi oleh Drs. KH. Amir Jamiluddin, yang membahas sejarah KPI, serta Gus Ivan, yang mengulas tantangan dan peluang mahasiswa KPI di era kemajuan teknologi dan kecerdasan buatan (AI).

Pewarta: Alfi Nabila

KPI Unhasy Cetak Jurnalis Kreatif dan Kritis

KPI Unhasy Cetak Jurnalis Kreatif dan Kritis

Mahasiswa Unhasy bersama ratusan peserta seminar nasional foto bersama usai forum.

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) sukses menggelar seminar nasional dengan tema “Mencetak Jurnalis Muda Kreatif dan Kritis di Era Gen-Z.” Acara yang dipandu oleh Dimas Prakoso Nugroho, seorang ahli di bidang jurnalistik, berhasil menarik perhatian banyak calon jurnalis muda. Seminar ini diadakan pada Jumat, 4 Oktober 2024, di Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang.

Dalam seminar tersebut, Dimas membahas bagaimana Gen Z, yang dikenal dengan keunikannya, dapat menjadi penggerak masa depan jurnalisme yang lebih kreatif dan kritis di tengah derasnya arus informasi digital.

Dosen dari UIN Tulungagung ini membuka seminar dengan menyoroti karakteristik unik Gen Z yang tumbuh di lingkungan digital. Sebagai digital natives, generasi ini sudah sangat akrab dengan teknologi dan internet sejak lahir. “Generasi ini sangat akrab dengan teknologi dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan media digital. Kreativitas mereka dalam menyajikan konten sangat tinggi,” ujar Dimas.

Namun, ia juga mengingatkan tantangan yang dihadapi Gen Z, terutama dalam hal kesehatan mental. “Gen Z kerap menghadapi isu kesehatan mental seperti kecemasan dan tekanan sosial. Ekspektasi tinggi dan lingkungan yang tidak selalu mendukung bisa membuat mereka memilih diam atau tidak merespon,” jelasnya. Meskipun demikian, Dimas menilai Gen Z tetap optimis dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.

Baca Juga: HMP KPI Raih Penghargaan Terbaik di Fakultas Agama Islam

Dimas juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh calon jurnalis muda di era Gen Z, terutama terkait tren viralitas. Ia mengingatkan bahwa menjadi jurnalis kreatif bukan berarti hanya mengejar viralitas. “Berita yang hanya mengejar viralitas bisa menjadi masalah bagi jurnalisme. Kita harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip jurnalistik yang benar,” tegasnya. Berita yang hanya mengutamakan popularitas tanpa analisis yang mendalam, menurut Dimas, dapat merusak integritas jurnalisme di masa depan.

Selain itu, Dimas juga menekankan pentingnya terminologi yang tepat dalam menyajikan berita. “Menjadi jurnalis yang baik harus hati-hati dalam memilih kata dan menyajikan informasi. Ini penting agar kredibilitas media tetap terjaga dan informasi yang disampaikan dapat dipercaya,” ujarnya.

Salah satu kunci utama untuk menjadi jurnalis yang kreatif dan kritis adalah kebiasaan membaca. “Untuk mencetak jurnalis yang kreatif dan kritis, kebiasaan membaca harus ditingkatkan. Ikuti kompetisi, workshop, dan terus eksplorasi untuk mengasah kemampuan,” tuturnya.

Selain itu, Dimas juga menyoroti tantangan besar hoaks di Indonesia, di mana informasi sering kali dipelintir sesuai kebutuhan. “Di era digital ini, kita harus sangat berhati-hati terhadap informasi yang beredar. Tugas jurnalis adalah menyaring dan menyajikan fakta, bukan sekadar mengikuti arus,” tegasnya.

Seminar ini ditutup dengan pesan inspiratif bagi para calon jurnalis muda. Dimas menekankan bahwa jurnalisme di era Gen Z membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan teknis. “Menjadi jurnalis kreatif dan kritis di era ini memerlukan komitmen untuk terus belajar, menjunjung tinggi kebenaran, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,” tutupnya.

Seminar ini merupakan bagian dari Communication and Journalism Festival 2024 yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi KPI UNHASY. Acara ini turut dihadiri oleh mahasiswa KPI UNHASY, tamu undangan dari mahasiswa KPI se-Jawa Timur, pimpinan ORMAWA FAI, serta delegasi dari berbagai sekolah di Jombang.

Pewarta: Muzdalivah