
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Hasyim Asy’ari (UNHASY) sukses menggelar seminar nasional dengan tema “Mencetak Jurnalis Muda Kreatif dan Kritis di Era Gen-Z.” Acara yang dipandu oleh Dimas Prakoso Nugroho, seorang ahli di bidang jurnalistik, berhasil menarik perhatian banyak calon jurnalis muda. Seminar ini diadakan pada Jumat, 4 Oktober 2024, di Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang.
Dalam seminar tersebut, Dimas membahas bagaimana Gen Z, yang dikenal dengan keunikannya, dapat menjadi penggerak masa depan jurnalisme yang lebih kreatif dan kritis di tengah derasnya arus informasi digital.
Dosen dari UIN Tulungagung ini membuka seminar dengan menyoroti karakteristik unik Gen Z yang tumbuh di lingkungan digital. Sebagai digital natives, generasi ini sudah sangat akrab dengan teknologi dan internet sejak lahir. “Generasi ini sangat akrab dengan teknologi dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan media digital. Kreativitas mereka dalam menyajikan konten sangat tinggi,” ujar Dimas.
Namun, ia juga mengingatkan tantangan yang dihadapi Gen Z, terutama dalam hal kesehatan mental. “Gen Z kerap menghadapi isu kesehatan mental seperti kecemasan dan tekanan sosial. Ekspektasi tinggi dan lingkungan yang tidak selalu mendukung bisa membuat mereka memilih diam atau tidak merespon,” jelasnya. Meskipun demikian, Dimas menilai Gen Z tetap optimis dan tidak takut untuk mencoba hal-hal baru.
Baca Juga: HMP KPI Raih Penghargaan Terbaik di Fakultas Agama Islam
Dimas juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh calon jurnalis muda di era Gen Z, terutama terkait tren viralitas. Ia mengingatkan bahwa menjadi jurnalis kreatif bukan berarti hanya mengejar viralitas. “Berita yang hanya mengejar viralitas bisa menjadi masalah bagi jurnalisme. Kita harus tetap memegang teguh prinsip-prinsip jurnalistik yang benar,” tegasnya. Berita yang hanya mengutamakan popularitas tanpa analisis yang mendalam, menurut Dimas, dapat merusak integritas jurnalisme di masa depan.
Selain itu, Dimas juga menekankan pentingnya terminologi yang tepat dalam menyajikan berita. “Menjadi jurnalis yang baik harus hati-hati dalam memilih kata dan menyajikan informasi. Ini penting agar kredibilitas media tetap terjaga dan informasi yang disampaikan dapat dipercaya,” ujarnya.
Salah satu kunci utama untuk menjadi jurnalis yang kreatif dan kritis adalah kebiasaan membaca. “Untuk mencetak jurnalis yang kreatif dan kritis, kebiasaan membaca harus ditingkatkan. Ikuti kompetisi, workshop, dan terus eksplorasi untuk mengasah kemampuan,” tuturnya.
Selain itu, Dimas juga menyoroti tantangan besar hoaks di Indonesia, di mana informasi sering kali dipelintir sesuai kebutuhan. “Di era digital ini, kita harus sangat berhati-hati terhadap informasi yang beredar. Tugas jurnalis adalah menyaring dan menyajikan fakta, bukan sekadar mengikuti arus,” tegasnya.
Seminar ini ditutup dengan pesan inspiratif bagi para calon jurnalis muda. Dimas menekankan bahwa jurnalisme di era Gen Z membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan teknis. “Menjadi jurnalis kreatif dan kritis di era ini memerlukan komitmen untuk terus belajar, menjunjung tinggi kebenaran, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,” tutupnya.
Seminar ini merupakan bagian dari Communication and Journalism Festival 2024 yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi KPI UNHASY. Acara ini turut dihadiri oleh mahasiswa KPI UNHASY, tamu undangan dari mahasiswa KPI se-Jawa Timur, pimpinan ORMAWA FAI, serta delegasi dari berbagai sekolah di Jombang.
Pewarta: Muzdalivah